Bidadari Dalam Gelap



   “Berapa mba?”

ucap salah satu lelaki hidung belang.

“300 mas udah sama kamar”

“pego (Rp.150.000) aja lah”

dia menawar.

“250 deh, kalo mau harga segitu STW (wanita setengah tua) aja sono, kalo yang muda emang segitu pasarnya mas”

Mungkin disini pertanyaanya, “Murah banget si harga diri lu?”. Ya, buat orang yang tidak paham dengan situasi seperti itu mungkin hanya bisa menjudge, merendahkan, tapi apakah kita tahu bagaimana rasanya menjadi mereka? hidup dengan gemerlap kemaksiatan.

Kalo ada pilihan, mereka juga tidak ingin menjalani kehidupan seperti itu. Mereka juga sama, ingin menjalani hidup normal, memiliki pasangan yang setia, keluarga yang lengkap, pekerjaan yang halal. Tapi, karena situasi hidup yang kejam yang membuat mereka menyimpang.

Salah satu PSK, dia masih berusia 23 tahun. Tapi ia harus kehilangan kegadisanya dengan bekerja sebagai Pekerja Sex Komersial. Ia memilih pekerjaan seperti itu karena sudah tidak tahu lagi harus bekerja apa, sudah mencoba pekerjaan yang halal, tapi itu semua berat untuknya. Ditambah ia tidak memiliki orang tua, keluarga, hidup sebatang kara. Pernah menikah, tapi pasanganya tidak bertanggung jawab dan memberi nafkah. Ditambah ia kelilit hutang kepada seorang mucikari, yang membuat ia tidak bisa lepas dari pekerjaan itu. Supaya hutangnya lunas, ia harus mau melayani pelanggan-pelanggan lelaki hidung belang. Apa boleh buat, ia melakukan pekerjaan seperti itu supaya bisa bertahan hidup.

Tentu, hal seperti itu tidak dibenarkan. Selain haram menurut kepercayaan agama, juga terlalu beresiko bagi kesehatan. Dalam semalam, ia bisa membawa pulang uang kerumah 500-700 ribu rupiah, tapi itu tidak tentu. Kadang tidak dapat uang sama sekali. Berangkat dari jam 10 malam sampai jam 3 pagi. Adzan subuh, ia tetap melaksanakan sholat subuh. Memang sah? solatnya diterima? entahlah, hanya Tuhan yang tahu.

Sekali lagi, hal itu tidak dibenarkan. sebisa mungkin kita bekerja dengan yang halal. Lelah, tapi insya Allah berkah. Namun bukan berarti kita bisa merendahkan mereka yang kurang beruntung, karena harus menjalani kehidupan didunia malam. kita tidak tahu apakah amalan kita lebih besar dari mereka, bisa saja amalan mereka jauh lebih besar dari pada kita yang hidup normal, yang mungkin kita merasa tidak pernah melakukan hal bejat seperti itu. Tapi, kira-kira apa solusi yang tepat untuk mereka yang sampai saat ini masih menjalani kehidupan malamnya? Semoga Tuhan memberikan hidayahnya kepada mereka dan juga kita dijauhkan dari segalam macam maksiat.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Hai, Ini Blog Pertama Saya